MAKALAH
POST MODERNISME
DOLANAN TRADISIONAL
Disusun untuk memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Ilmu Budaya
Oleh :
Asih
Setyarini (2601409073)
Rombel 1
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Permainan
tradisional atau dolanan anak saat ini terancam punah karena mulai tergusur
oleh gempuran budaya modern yang lebih banyak diterima anak-anak. Perkembangan jaman dan globalisasi juga merambah
dunia bocah (anak-anak). Anak-anak jaman sekarang juga menikmati perkembangan
tekhnologi cyber. Berbagai jenis permainan anak modern seperti Playstation
menjamur tak terbendung. Tentunya dengan berbagai dampak yang mengikutinya,
entah itu dampak positif maupun negatif.
Dolanan bocah tradisionalpun
perlahan namun pasti mulai ditinggalkan karena dianggap kuno serta melelahkan.
Padahal jika ditinjau lebih dalam, beragam permainan tradisional tersebut
secara langsung memberikan pelajaran hidup kepada anak-anak tentang toleransi,
interaksi sosial, kerja sama tim dan wawasan. Bisa dibandingkan dengan
permainan elektronik sekarang lebih banyak membentuk perilaku anak menjadi
penyendiri serta cenderung anti sosial (susah bergaul, egois dan lain-lain).Untuk itu, diperlukan upaya
revitalisasi demi menjaga kelestarian dolanan tersebut.
II.
Permasalahan
Dari latar belakang di atas kemudian timbul
pertanyaan sebagai pokok permasalahan yaitu :
1. Apa saja permainan tradisional itu?
2. Bagaimana menumbuhkan kembali
permainan tradisional di jaman modern?
BAB II
PEMBAHASAN
I.
MACAM-MACAM DOLANAN TRADISIONAL
Berikut ini
adalah macam-macam dolanan tradisional yang sudah punah atau hampir punah.
1. Jamuran
Permainan ini
dilakukan secara berkelompok beramai ramai bergandengan ditengah sambil
menyanyikan lagu di bawah rembulan penuh dengan menyanyikan: Jamuran, jamuran, yo ge gethok, sira mbede
jamur apa? Lalu pemain yang ditengah menyebutkan sesuatu, seperti jamur
parut, maka pemain harus mengangkat kakinya untuk di kliti-klitik, jika tertawa
maka dia yang jadi di tengah, jamur kendhi, semua pemain harus kencing, jamur
payung semua pemain harus mengangkat satu tangan dan si pemain mengelitik
ketiaknya yang tertawa maka dia yang jadi ditengah dan lain-lain.
2. Cublak-cublak suweng
Satu orang
diminta melakukan posisi seperti orang bersujud, ndhekem. Kemudian empat atau
lima anak lainnya bermain menggilirkan sebuah kerikil ditangan mereka sambil
bernyanyi:
Cublak cublak suweng, suwenge ting gelenter mambu
ketundhung gudel pak gempo lela lelo sapa ngguyu ndhelikake. Sirpong dhele
kosong, sirpong dhele kosong.
Setelah
selesai anak yang ndekem tadi menebak kerikil ditangan siapa, jika benar
tebakannya maka yang memegang kerikil akan menggantikan posisi ndekem namun
jika salah maka si penebak akan tetap pada posisi ndekem.
3. Dhingklik oglak aglik
Permainan anak
ini dimainkan dengan saling mengaitkan salah satu kaki ke kaki teman dalam
sebuah lingkaran kecil dengan kaki lain bertumpu ditanah dan melakukan gerakan
berjalan seperti berjingkat bersama. Masing masing pemain memegang pundak atau
tangan pemain lainnya.
4. Benthik
Permainan ini
menggunakan dua batang kayu besar dan kecil. Pemain berusaha mencukil kayu
kecil dengan kayu yang agak panjang dari sebuah lubang. Jika pemain lawan tidak
bisa menangkapnya, maka berlanjut ke level selanjutnya. Yaitu patil lele.
5. Jrumpet
Permainan ini
bisa dimainkan oleh minimal dua orang, namun jika semakin banyak yang bermain
maka akan semakin seru. Cara bermainnya adalah : dimulai dengan hompimpa untuk
menentukan siapa yang menjadi kucing (berperan sebagai pencari teman-temannya
yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik
sambil berhitung sampai sepuluh, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa
saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi.
Setelah hitungan kesepuluh atau hitungan yang telah disepakati bersama dan
setelah teman-temannya bersembunyi, mulailah si “kucing” beraksi mencari
teman-teman tersebut.
6. Lumbungan/Dakon
Lumbungan
adalah suatu jenis permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam
nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan ini digunakan sejenis biji
kopi atau kerikil.
7. Gobak Sodor
Permainan ini
adalah permainan grup yang terdiri dari dua grup, dimana masing-masing tim
terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar bisa
lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik dalam area lapangan
yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan dilapangan bulu tangkis
dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan
segi empat dengan ukuran 9x4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari
setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat
giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga
garais batas horisontal dan vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas
untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk
menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang
sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan
tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang) maka orang
ini mempunyai akses keseluruhan garis batas vertikal yang terletak ditengah
lapangan.
II.
BAGAIMANA MENUMBUHKAN KEMBALI
PERMAINAN TRADISIONAL YANG SUDAH PUNAH/HAMPIR PUNAH.
Dolanan anak tradisional yang hampir punah diperlukan upaya revitalisasi untuk melestarikan
berbagai dolanan anak tersebut , seperti pengenalan ulang berbagai jenis
dolanan di sekolah melalui media yang menarik, seperti dalam bentuk compact disc atau modul.
Selain dengan cara itu festival atau lomba dolanan juga perlu diadakan
untuk melestarikan dolanan tradisional. Selain untuk melestarikan budaya
dolanan tradisional festival atau lomba dolanan tradisional juga bisa sebagai
sektor pariwisata.
BAB
III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Pada akhir tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan dan
dengan kesimpulan tersebut setidaknya mendapatkan gambaran yang cukup jelas
tentang pelbagai macam dolanan anak dan bagaimana cara melestarikan agar
dolanan tradisional tersebut tidak punah. Dan dengan kesimpulan tersebut pula
setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya semoga dapat
dipertimbangkan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
1. Dolanan tradisional lebih mengajarkan kebersamaan
daripada permainan modern yang lebih individualis.
2. Dengan festival ataupun pengenalan dolanan tradisional melalui
media-media merupakan cara yang tepat untuk merevitalisasi budaya tradisional
dalam bentuk dolanan.
II.
SARAN
Penelitian
tentang budaya khususnya dolanan tradisional sebagai postmodernisme perlu
digali lebih lanjut agar dolanan tradisional yang merupakan aset kebudayaan
tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Djoko Widagdo,
Dkk, 1991. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta
: Bumi Aksara, http://www.ananswer.org/mac/answeringpluralism.html, diakses 25/12/11
Elmubarok,
Zaim dkk,2009. Pengantar Ilmu Kebudayaan.Semarang
: Unnes prees.
Kompas. 2011. Dolanan anak Terancam Punah, Jakarta:
Kompas, http://www.lintasberita.com/Lifestyle/Seni-Budaya/festival-dolanan-lawas-permainan-yang-hampir-punah-karena-jaman-ada-disini-semua.-cekidot-gan diakses 26/12/11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar