Rabu, 09 Februari 2011

Tak Adil



Kadang kesendirian ini membawaku berfikir bahwa hidup memang tak begitu adil, kurasa aku memang cukup cantik dan layak untuk mendapatkan sosok lelaki seperti yang kuidamkan. Namun rupanya takdir berkata lain, sosok seperti Andre yang selama ini kupuja-puja tak dapat kutakhlukan. Kurasa dia tak begitu tampan hanya saja kharisma seorang playboy melekat pada dirinya, seorang playboy ya aku begitu mengagumi seorang playboy. Bagiku playboy bukanlah sesuatu yang buruk melainkan suatu tantangan tersendiri untuk mendapatkannya.
Kebanyakan lelaki memang suka bila mereka disebut playboy, mungkin itu karena seorang playboy lebih banyak menakhlukan wanita dan itu merupakan suatu prestasi. Namun itu tak kudapat dari seorang Andre, dia tak suka bila disebut playboy. Katanya wanita adalah sosok yang pantas untuk mendapatkan perhatian maka tak salah jika ia menyayangi lebih dari satu wanita.
Kukenal Andre saat hatiku telah pulih dari luka lama yang kuperoleh dari seorang yang aku tak suka menyebut namanya lagi. Sebut saja lelaki itu R, R memang lelaki terlama yang pernah menancap dihatku. Tiga tahun memang waktu yang tak sedikit bukan? Dalam tiga tahun tersebut R sudah mampu mebuatku cinta mati kepadanya bahkan dengan ikhlas menyerahkan keperawananku kepadanya. Sebelas bulan yang lalu R meninggalkan ku dengan alasan yang tak jelas, namun dua minggu kemudian dia kudengar telah menggandeng seorang wanita. Memang lelaki bisa dengan begitu mudahnya melepaskan seorang wanita setelah mendapatkan kenikmatanya.
Sebenarnya sudah empat tahun yang lalu aku mengenal Andre, hanya sekedar tahu saja tak lebih. Ya karena dia sekampus denganku sebelum aku memutuskan untuk pindah universitas. Namun ketahuanku ternyata memang dibalas dengan Andre yang mengetahui lebih banyak tentang aku. Berawal dari dunia maya Andre menyapaku kemudian seolah mendekatiku dan aku pun merasakan perasaan yang pernah kurasakan kepada R. Andre ternyata tak hanya mengenalku secara fisik dia tahu nama lengkapku bahkan kegemaranku, entah dia mendapatkan info tersebut darimana. Sebagai seorang wanita mendapatkan pujian memang sangat menyenangkan, begitulah yang terjadi padaku. Tiap kali Andre memujiku dengan gombalan-gombalannya aku merasa seperti dibawa terbang melayang.
Makan malam pertamaku dengan Andre di sebuah kafe kecil yang eksotis membawa kesan keromantisannya. Namun keromantisan itu tak kudukung dengan sikapku yang humoris dan blak-blakan. Setelah itu terjadilah dinner-dinner lain  yang cukup sering, dan alhasil membawa perasaanku jatuh kehatinya. Rasa rinduku mulai menyelinap ketika tak mendengar kabar darinya, semakin ku merindukannya entah mengapa semakin juga ia jarang muncul.
Suatu hari, Della sahabat terdekatku memberi tahuku bahwa ternyata Andre adalah seorang playboy. Dia sudah terkenal buaya darat di kampusnya, namun bukannya aku benci kepadanya justru aku semakin ingin mendapatkannya. Aku semakin gencar mencari info-info tentang Andre, bahkan sampai aku mengetahui semua mantan-mantannya. Tak sampai disitu bahkan aku mengetahui semua aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Kagum juga aku dengan dia yang bisa jalan dengan tiga wanita sehari, tajir sih tidak begitu namun kharismanya yang membuat banyak wanita bertekuk lutut dihadapannya.
Dua minggu belakangan Andre tak menemuiku memang, namun aku sering mengikuti kemanapun dia pergi. Entah mengapa bahagia rasanya melihat sosoknya walaupun dia sedang bersama wanita lain. Sampai suatu hari Andre kembali menyambangiku dan mengajakku kencan, kali pertama kencanku dengan Andre setelah aku merasakan cinta kepadanya. Lain rasanya memang, aku yang biasanya nyerocos jadi sedikit pendiam dan sering memperhatikannya. Rupanya Andre melihat perubahanku, aku selalu  mengelaknya ketika dia bilang “Kamu malam ini beda”.
Setelah kencan yang menegangkan itu Andre pun kembali sering menemuiku, dan aku pun masih sering membuntuti tanpa sepengetahuannya. Yang aneh, Andre tak kunjung memacariku setelah hampir dua bulan jalan denganku padahal wanita-wanita lain hanya butuh waktu seminggu untuk PDKT. Aku semakin penasaran dengannya, semakin ku ingin mengetahui lebih dalam tentang seorang Andre. Hari-hariku menjadi sesak oleh angan-angan tentang seorang Andre, bayang-bayangnya begitu egois memasuki otakku sehingga aku sering tak konsentrasi.
Karena sudah tak kuat lagi ku membendung rasa, akhirnya kumuntahkan juga isi hatiku. Seperti biasanya ketika dia mengajakku makan malam aku memuntahkan isi hatiku, dia seperti dibius ketika aku berbicara tentang isi hatiku. Setelah selesai aku bicara akhirnya ia pun angkat bicara “Ve, sorry aku nggak bisa jadi pacarmu” seperti badai Katrina menerjangku, tak kuduga dia akan menjawab seperti ini. Dia mengatakan aku sudah terlalu jauh mengetahui tentang dirinya walaupun ia juga sebenarnya sayang denganku. Sungguh alasan yang tak masuk akal, namun keburukannya itu tak mampu menggoyahkan rasa cintaku.
Setelah peristiwa itu Andre tak pernah lagi menemuiku dan entah mengapa aku juga tak pernah bertemu dengannya. Aku tak lagi membuntutinya karena kurasa tak ada gunanya lagi, dia sudah mengetahui isi hatiku jadi jika dia ingin memilikiku ku yakin suatu saat nanti dia akan datang sendiri kepadaku. Saat ini aku kembali kepada kesendirianku, kembali menapaki hari-hariku yang sepi untuk kali kedua setelah merasakan sakit hati. Memang kadang kurasa hidup ini tak begitu adil, namun kadang aku juga berfikir ini memang telah tergariskan untukku. Aku mungkin digariskan untuk seperti ini sampai suatu hari nanti yang tak tahu itu kapan.
22 Januari 2011

Tak Lebih

Kau tak mungkin lagi kembali padaku
Sadar aku akan hal itu
Diriku juga tlah disisinya yang jauh lebih baik darinya
Satu yang kuingin darimu
Sapalah aku sebagaimana layaknya sahabat
Aku tak mengharap lebih