KENDALA DAN
GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Drs. Widodo
Oleh
:
Asih
Setyarini (2601409073)
Rombel 1
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Gangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa
pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada
umumnya mereka mempunyai perkembangan intelegensi dan sosial emosional yang
normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 8 sampai 10%
anak-anak usia pra sekolah dan lebih cenderung dialami anak laki-laki daripada
perempuan.
Di awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan kata yang memiliki makna.
Meski kebanyakan kata tersebut masih sulit dipahami karena artikulasi (pengucapannya)
masih belum baik. Perlu diketahui kemampuan batita dalam berbicara dipengaruhi
kematangan oral motor (organ-organ mulut). Sementara kemampuan yang menunjang
perkembangan bahasa diantaranya kemampuan mendengar, artikulasi, fisik
(perkembangan otak dan alat bicara), dan lingkungan.
B.
PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas kemudian timbul pertanyaan sebagai pokok
permasalahan yaitu:
1.
Apa saja yang
menyebabkan keterlambatan bicara pada anak ?
2.
Bagaimana
bentuk-bentuk bicara atau pengucapan anak?
3.
Bagaimana cara
mengatasi gangguan bicara pada anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Hambatan
pendengaran
Pada beberapa kasus,
hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara, maka dia akan
mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah
satu penyebanya adalah karena infeksi telinga.
2.
Hambatan
perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus
keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di
otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di
daerah otak yang bertanggung jawab mebghasilkan bicara. Akibatnya, si anak
mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk
menghasilkan bunyi rangsang tertentu.
3.
Masalah keturunan
Sejauh ini
masalah keturunan belum dapat diteliti korelasinya dengan etologi dari hambatan
pendengaran. Namun, pada beberpa kasus dimana seorang anak anak mengalami
keterlambatan bicara, ditemukan kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada
keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya
kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.
4.
Masalah pembelajaran
dan komunikasi dengan orang tua
Masalah
komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran penting
dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si
anaklah yang juga membuat si anak tidak banyak mempunyai perbendaharaan kata,
kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari
kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun. Sering orang tua malas
mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu patah dua patah
kata saja yang isinya intruksi atau jawaban yang sangat singkat.
Anak-anak yang
diasuh oleh orangtua/pengasuh yang pendiam sering kali jadi kurang
terstimulasi. Begitu juga anak-anak yang setiap hari kegiatannya hanya menonton
tv. Anak- pun, misalnya hanya menunjuk-nunjuk, sudah mendapatkan apa yang
diinginkan.
5.
Adanya keterbatasan
fisik
Adanya
keterbatasan fisik seperti pendengaran kurang sempurna, bibir sumbing dan
sebagainya juga bisa merupakan penyebab keterlambatan bicara pada anak.
6.
Faktor televisi
Sejauh ini,
kebanyakan nonton televisi pada anak-anak batita merupakan faktor yang membuat
anak menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai
pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk.
Belum lagi adegan yang disuguhkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak
dimengerti oleh anak bahkan sebernarnya traumatis (karena menyaksikan adegan
perkelahian, kekerasan, seksual, ataupun acara yang tidak disangka memberi
kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karena
kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu
tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/
orang tua untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih
banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon
apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak akan mengurusi masalah bahasa dan
bicara akan terhambat perkembangannya.
B.
BENTUK-BENTUK BICARA ATAU PENGUCAPAN ANAK
1.
Babbling
Sebagian anak
diawal usia batita, melakukan babbling, yaitu mengeluarkan suara berupa satu
suku kata, seperti “ma..” atau “ba..”. namun
itu masih belum bermakna.
2.
Bahasa planet
Contoh saat
meminta sesuatu dia hanya menunjuk sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak
dimengerti orang dewasa atau sekedar menggunakan bahasa tubuh.
3.
Sepotong-sepotong
Kemampuan
untuk menangkap, mencerna, dan mengeluarkan apa yang ingin diucapkan masih
dalamtahapbelajar.wajar kalau pengucapan masih sering tersendat-sendat/
sepotong sepotong hanyapada bagian akhir kata. Misalnya “minta” jadi “ta”
4.
Sulit mengucapkan
huruf/ suku kata
Misalnya kata
mobil disebut mobing atau toko menjadi toto. Pengucapan seperti ini akan
menjadi sulit ditangkap artinya. Biasanya kendala ini akan hilang dengan
bertambahnya usia.
5.
Terbalik-balik
Misalnya si
anak mau mengucapkan “Arep ndherek ning pasar” tetapi yang diucapkan “ pacang
ayep yeyek” dan sebagainya. Ini tentu saja membingungkan dan kadang sulit
dipahami dengan yang diajak bicara.
6.
Cadel
Cadel bisa
karena kelainan fisiologis, misalnya lidahnya pendek, tak punya ank tekak, atau
langit-langitnya cekung. Untuk menanganinya tentu harusdikonsultasikan dengan
dokter.
7.
Salah makna kata/
kalimat
Meskipun anak
sudah bisa mengucapkan kata-kata menjadi kalimat. Namun masih sering terjadi
salah makna.
8.
Gagap
Gagap
(stuttering) pada masa batita dianggap normal karena masih belajar
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan bicara.
C.
CARA MENGATASI GANGGUAN BICARA PADA ANAK
Ada keterlambatan bicara yang masih bisa diupayakan sendiri oleh orangtua,
tapi ada juga yang harus melibatkan ahli.
1.
Keterlambatan yang
bisa diatasi sendiri
a.
Menyebut nama-nama
angota tubuh.
b.
Ketika anak bicara
tidak jelas tetapi kita mengerti apa maksudnya
c.
Mengucapkan nama
benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus mengulang.
d.
Ketika seharusnya
anak sudah bisa mengucapkan 2-3 kata dalam satu kalimat tapi ia hanya
mengucapkan 1 kata.
e.
Jika ada konsonan-konsonan
yang masih sulit diucapkannya di usia 12-18 bulan, beri kesempatan untuk terus
mengulanginya.
2.
Keterlambatan yang
harus melibatkan ahli
a.
Sampai usia 12
bulan sama sekali belum bisa babling
b.
Sampai usia 18
bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan
berbagai cara
c.
Terlihat kesulitan
mengucapkan beberapa konsonan
d.
Seperti tidak
memahami kata-kata yang kita ucapkan
e.
Terlihat berusaha
sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan dan dengan kesimpulan
tersebut setidaknya mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang keterlambatan
bicara pada anak usia pra sekolah. Dan dengan kesimpulan tersebut pula
setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya semoga dapat
dipertimbangkan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
1.
Peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar
anak tidak mengalami gangguan berbicara
2.
Lingkungan yang mendukung juga akan mendukung
anak untuk tidak mengalami gangguan bicara
DAFTAR PUSTAKA
Chaer.Abdul. 2003. Psikolinguistk
Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
O.I,Lovaas,
Teaching Developmentally Disabled Children: The ME Book, Pro-ed, 1981.
e-psikologi.com
http://www.halamansatu.net/index.php?option content&task=view&id=144<emid=51 diakses
tanggal 29 Desember 2011
http://www.ibudananak.com/index.php?option=com news&task=view&id=342&itemid=19 diakses
tanggal 29 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar