Selasa, 17 Januari 2012

Makalah KENDALA DAN GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH


 


KENDALA DAN GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Drs. Widodo




 Oleh :
Asih Setyarini        (2601409073)
Rombel  1

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Gangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya mereka mempunyai perkembangan intelegensi dan sosial emosional yang normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 8 sampai 10% anak-anak usia pra sekolah dan lebih cenderung dialami anak laki-laki daripada perempuan.
Di awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan kata yang memiliki makna. Meski kebanyakan kata tersebut masih sulit dipahami karena artikulasi (pengucapannya) masih belum baik. Perlu diketahui kemampuan batita dalam berbicara dipengaruhi kematangan oral motor (organ-organ mulut). Sementara kemampuan yang menunjang perkembangan bahasa diantaranya kemampuan mendengar, artikulasi, fisik (perkembangan otak dan alat bicara), dan lingkungan.

B.     PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas kemudian timbul pertanyaan sebagai pokok permasalahan yaitu:
1.      Apa saja yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak ?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk bicara atau pengucapan anak?
3.      Bagaimana cara mengatasi gangguan bicara pada anak?





BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara, maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebanya adalah karena infeksi telinga.
2.      Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak yang bertanggung jawab mebghasilkan bicara. Akibatnya, si anak mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk menghasilkan bunyi rangsang tertentu.
3.      Masalah keturunan
Sejauh ini masalah keturunan belum dapat diteliti korelasinya dengan etologi dari hambatan pendengaran. Namun, pada beberpa kasus dimana seorang anak anak mengalami keterlambatan bicara, ditemukan kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.
4.      Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran penting dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si anaklah yang juga membuat si anak tidak banyak mempunyai perbendaharaan kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun. Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu patah dua patah kata saja yang isinya intruksi atau jawaban yang sangat singkat.
Anak-anak yang diasuh oleh orangtua/pengasuh yang pendiam sering kali jadi kurang terstimulasi. Begitu juga anak-anak yang setiap hari kegiatannya hanya menonton tv. Anak- pun, misalnya hanya menunjuk-nunjuk, sudah mendapatkan apa yang diinginkan.
5.      Adanya keterbatasan fisik
Adanya keterbatasan fisik seperti pendengaran kurang sempurna, bibir sumbing dan sebagainya juga bisa merupakan penyebab keterlambatan bicara pada anak.
6.      Faktor televisi
Sejauh ini, kebanyakan nonton televisi pada anak-anak batita merupakan faktor yang membuat anak menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk. Belum lagi adegan yang disuguhkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak dimengerti oleh anak bahkan sebernarnya traumatis (karena menyaksikan adegan perkelahian, kekerasan, seksual, ataupun acara yang tidak disangka memberi kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karena kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/ orang tua untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak akan mengurusi masalah bahasa dan bicara akan terhambat perkembangannya.
B.            BENTUK-BENTUK BICARA ATAU PENGUCAPAN ANAK
1.      Babbling
Sebagian anak diawal usia batita, melakukan babbling, yaitu mengeluarkan suara berupa satu suku kata, seperti “ma..” atau “ba..”. namun  itu masih belum bermakna.
2.      Bahasa planet
Contoh saat meminta sesuatu dia hanya menunjuk sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak dimengerti orang dewasa atau sekedar menggunakan bahasa tubuh.
3.      Sepotong-sepotong
Kemampuan untuk menangkap, mencerna, dan mengeluarkan apa yang ingin diucapkan masih dalamtahapbelajar.wajar kalau pengucapan masih sering tersendat-sendat/ sepotong sepotong hanyapada bagian akhir kata. Misalnya “minta” jadi “ta”
4.      Sulit mengucapkan huruf/ suku kata
Misalnya kata mobil disebut mobing atau toko menjadi toto. Pengucapan seperti ini akan menjadi sulit ditangkap artinya. Biasanya kendala ini akan hilang dengan bertambahnya usia.
5.      Terbalik-balik
Misalnya si anak mau mengucapkan “Arep ndherek ning pasar” tetapi yang diucapkan “ pacang ayep yeyek” dan sebagainya. Ini tentu saja membingungkan dan kadang sulit dipahami dengan yang diajak bicara.
6.      Cadel
Cadel bisa karena kelainan fisiologis, misalnya lidahnya pendek, tak punya ank tekak, atau langit-langitnya cekung. Untuk menanganinya tentu harusdikonsultasikan dengan dokter.
7.      Salah makna kata/ kalimat
Meskipun anak sudah bisa mengucapkan kata-kata menjadi kalimat. Namun masih sering terjadi salah makna.
8.      Gagap
Gagap (stuttering) pada masa batita dianggap normal karena masih belajar mengembangkan ketrampilan dan kemampuan bicara.
C.           CARA MENGATASI GANGGUAN BICARA PADA ANAK
Ada keterlambatan bicara yang masih bisa diupayakan sendiri oleh orangtua, tapi ada juga yang harus melibatkan ahli.
1.      Keterlambatan yang bisa diatasi sendiri
a.       Menyebut nama-nama angota tubuh.
b.      Ketika anak bicara tidak jelas tetapi kita mengerti apa maksudnya
c.       Mengucapkan nama benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus mengulang.
d.      Ketika seharusnya anak sudah bisa mengucapkan 2-3 kata dalam satu kalimat tapi ia hanya mengucapkan 1 kata.
e.       Jika ada konsonan-konsonan yang masih sulit diucapkannya di usia 12-18 bulan, beri kesempatan untuk terus mengulanginya.
2.      Keterlambatan yang harus melibatkan ahli
a.       Sampai usia 12 bulan sama sekali belum bisa babling
b.      Sampai usia 18 bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan berbagai cara
c.       Terlihat kesulitan mengucapkan beberapa konsonan
d.      Seperti tidak memahami kata-kata yang kita ucapkan
e.       Terlihat berusaha sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah.








BAB III
PENUTUP
A.           KESIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan dan dengan kesimpulan tersebut setidaknya mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang keterlambatan bicara pada anak usia pra sekolah. Dan dengan kesimpulan tersebut pula setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya semoga dapat dipertimbangkan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
1.      Peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar anak tidak mengalami gangguan berbicara
2.      Lingkungan yang mendukung juga akan mendukung anak untuk tidak mengalami gangguan bicara


















DAFTAR PUSTAKA
Chaer.Abdul. 2003. Psikolinguistk Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
O.I,Lovaas, Teaching Developmentally Disabled Children: The ME Book, Pro-ed, 1981.
e-psikologi.com
http://www.halamansatu.net/index.php?option  content&task=view&id=144&ltemid=51 diakses tanggal 29 Desember 2011
http://www.ibudananak.com/index.php?option=com news&task=view&id=342&itemid=19 diakses tanggal 29 Desember 2011






RPP MEMBACA


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN  

Nama Sekolah
:
SMA
Mata Pelajaran
:
Bahasa Jawa
Kelas/Program/ Semester
:
XI IPA-IPS/ 1
Pertemuan ke-
:

Alokasi Waktu
:
2 X 45 menit
Standar Kompetensi
:
Membaca
·         Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacan nonsastra berbahasa Jawa dengan berbagai tehnik membaca untuk berbagai tujuan
Kompetensi Dasar
:
Membaca pemahaman paragraf berdasarkan letak kalimat utama
Indikator
:
·         Mampu menentukan kalimat utama
·         Mampu menentukan kalimat penjelas
·         Mampu menjelaskan ciri paragraf deduktif dan induktif

 

A.           Tujuan Pembelajaran

·           Siswa dapat menentukan kalimat utama
·           Siswa dapat menentukan kalimat penjelas
·           Siswa dapat menjelaskan ciri paragraf deduktif dan induktif

B.            Materi Pembelajaran

Wacana bebas dengan 5 judul berbeda

C.           Metode Pembelajaran

Tanya jawab; Inkuiri; Diskusi; Belajar dalam kelompok; dan Penugasan

D.           Langkah-langkah Pembelajaran


No
Kegiatan

1.


2.

















3.

Kegiatan Awal
Motivasi:
Guru bertanya jawab tentang wacana dan kalimat utama
Kegiatan Inti
2.1    Eksplorasi
  • Peserta didik berkelompok, satu kelompok 5 orang.
  • Setiap siswa dalam satu kelompok diberi wacana yang berbeda-beda.
  • Setiap siswa yang mendapatkan judul yang sama mengelompok dalam 1 kelompok.
2.2    Elaborasi
·      Siswa dalam kelompok judul sama menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas secara berkelompok
·       Siswa dalam kelompok judul sama menentukan paragraf deduktif atau induktif dalam setiap paragraf  secara berkelompok
·      Siswa menentukan ciri-ciri paragraf induktif dan deduktif
·      Setelah selesai siswa kembali dalam kelompok pertama yang dalam satu kelompok judul wacana berbeda.
·      Satu persatu siswa memaparkan hasil kerjanya dalam kelompoknya masing-masing.
2.3    Konfirmasi
·      Guru memberikan umpan balik positif atas hasil tanggapan siswa mengenai bacaan.
·      Guru menawarkan salah satu siswa untuk memaparkan hasil kerjanya di depan.
·      Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang maju .
·      Guru memberi motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif

Penutup

·       Guru bersama dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.
·       Guru memberi tugas tidak terstruktur sebagai pengayaan materi tentang menentukan kalimat utama.

E.            Media/ Sumber Pembelajaran

·           Buku Paket Basa Jawa
·           Wacana berbahasa Jawa

F.            Penilaian

Ø  Butir Penilaian:
Analisis wacan ing ngisor iki
·           Sing endi ukara pokok lan ukara penjelas?
·           Wacan ing ngisor kalebu wacan deduktif apa wacan induktiff?
·           Kepriye ciri-cirine wacan deduktif lan induktif?
Ø  Pedoman Penyekoran:
No
Uraian
Kriteria Ketepatan
Benar
Setengah
Salah
1
Kalimat pokok dan penjelas
40
20
0
2
Pargraf deduktif atau induktif
30
15
0
3
Ciri-ciri paragraf deduktif dan induktif
30
15
0

Total Nilai
100
50
0

























Wacana 1
Basa Jawa
Basa Jawa iku kagolong basa Austronesia, ya kuwi basa-basa sing dienggo sawarna-warnané bangsa pribumi ing kapuloan sakidul-wetaning bawana Asia. Basa Jawa kasebar wiwit pucuk kulon pulo Jawa, Banten nganti pucuk wétan Banyuwangi déning kurang luwih 80 yuta panutur ibu. Kajaba iku, basa iku kasebar ing Indonesia saka Sumatra nganti Papua, Timor WétanMalaysiaSingapuraTaiwanHongKong,WalandaSurinameCuraçao lan ing Kaledonia Anyar.
Basa Jawa ya dadi salah sijiné panyumbang sing gedhé dhéwé kanggo panuwuhanébasa Indonesia. Sanadyan dudu basa resmi ing pamaréntahan, basa Jawa nduwé pangaruh luwih akèh tinimbang basa-basa daérah liyané kayata ing kosakata, lan istilah-istilah sing kadhangkala nganggo tembung Jawa.
Basa Jawa iku bagéyan saka sub-cabang Sundik saka rumpun basa Melayu-Polinesia Kulonsaka pang basa Melayu-Polinesia sing gilirané anggota basa Austronesia. Basa Jawa isih sedulur cedhak basa Melayu, basa Sundha, basa Madura, basa Bali, lan uga basa-basa ing pulo Sumatra sarta Kalimantan.
Basa Jawa dipigunakaké ing Jawa Tengah, Jawa Wétan lan uga pesisir lor Jawa Kulon. Banjur ing Madura, Bali, Lombok lan Tatar Sundha ing Jawa Kulon, basa Jawa uga ditrapaké dadi basa sastra. Basa Jawa uga basa dalem ing keraton Palembang, Sumatra Kidul sadurungé keraton iki dibedhah wong Walanda ing wusananing abad kaping-18.
Sanadyan dudu basa resmi ing ngendi waé, basa Jawa basa Austronesia sing akèh dhéwé cacahé panutur ibuné. Basa iki dituturaké lan dimangertèni kurang luwih déning 80 yuta jiwa wong. Kurang luwih 45% pedunung negara Indonesia keturunan Jawa utawa manggon ing Tanah Jawa. Mèh kabèh presidhèn Indonesia wiwit taun 1945 iku keturunan Jawa (sajatiné kabèh keturunan Jawa, B.J. Habibie uga ngaku yèn ibuné priyayi Jawa). Dadi ora nggumunaké yèn basa Jawa mènèhi pangaribawa akèh ing perkembangané basa Indonesia.
Basa Jawa Modhèrn bisa dipérang dadi telung dhialèk: dhialek Jawa Kulondhialek Jawa Tengah, lan dhialek Jawa Wétan. Ing pulo Jawa ana sing diarani dialect continuum ('kasinambungan dhialèk') saka Banten ing ujung kulon tekan Banyuwangi, ing pucuk wétan. Kabèh dhialèk basa Jawa kurang luwih bisa dingertèni para panuturé (basa Inggris mutually intelligible)


















Wacana 2

Ramayana

Ramayana (basa SangskretaRāmāyaṇa utawa lelakuné sang Rama), iku salah siji saka rong wiracarita saka tanah India sing misuwur banget. Wiracarita sijiné iku Mahabharata.Carita iki nyaritakaké Dèwi Sinta, garwa Sri Rama sing kaculik déning Rahwana.
Kitab iki dianggep buku fiksi paling tuwa sadonya yèn kitab Weda ora mlebu petungan. Kitab kuwi ditulis déning Walmiki kang kira-kira ing taun 300 SM. Crita iki banjur nyebar lan akèh banget variasiné kang ana ing njero India dhéwé utawa ing donya.
Ing tlatah Jawa, naskah Ramayana paling tuwa tinemu iku Kakawin Ramayana. Crita iki kasebar lan mlebu dadi lakon wayang kanthi owah-owahan ing sawetara panggonan. Crita iki katatah ing Candhi Prambanan. Ing candhi iki, uga kagelar sendratari Ramayana ing platarané.
Sawetara kuwi, ing tanah Mlayu, crita iki dadi kitab Hikayat Sri Rama. Ing Thailand dadiRamakien. Sawetara ahli uga nemokaké yèn Ramayana sumebar uga ing suku Indian,Amérika. Ana uga kang ditemokaké ing Siberia.
Sing paling béda yaiku ing Sri Lanka. Ing tlatah iki Ravana dadi wong kang becik lan Rama dadi wong kang ngrusak Lanka. Ravana iku kecathet salah sijiné raja kang naté nyekel kuwasa ing tlatah iki.
Kejaba vèrsi Sri Lanka, umumé Ramayana nyritaaké lelakoné Sri Rama kang ngrebut manèh Sita. Rahwana nyulik Sita supaya gelem dadi bojoné. Rama banjur ditulungi déning para wanara lan kasil ngrebut Sita.


Wacana 3

Wayang
Wayang iku pagelaran nganggo bonéka kang umumé katon éndah ing wewayangané lan dilakokaké déning dhalang kanthi iringan gamelan. Bonéka kasebut bisa kang wujud 2 dhimensi utawa wujude 3 dhimensi. Umumé, kang wujud 2 dhimensi, kagawé saka kulit (walulang), kang biyasané kulit sapi, utawa wedhus. Lan kang wujud 3 dhimensi, lumrah digawé saka kayu kang direnggani penganggo saka kain kang manéka warna adhedhasar karakter wayang kasebut. Nanging ing sawatara tlatah, uga ana kang gawé wayang saka suket, lan kerdhus, ananging wayang jinis ngéné iki ora pati akèh ditemoni. Manut ing kemajuane jaman, wus tinatah lan sinungging wayang kanthi ngginakaken media digital kanthi piranti empuk pangolah citra. Wayang kang tinatah lan sinungging kanthi media digital kasebat e-wayang.
Crita kang dilakonaké dijupuk saka épos Mahabharata lan Ramayana kang uga sinebut Wayang Purwa. Uga ana kang nggelar lakon crita-crita 1001 wengi saka tanah Arab. Wayang kang ngéné iki diarani Wayang Menak. Pagelaran iki misuwur ing tanah Jawa.
Wayang iki ora mung sumebar ing Jawa waé, nanging uga ing tlatah liya ing Nuswantara. Pagelaran wayang wis diakoni déning UNESCO ing tanggal 7 November 2003, dadi karya kabudayan kang édi péni ing babagan crita dongéng lan warisan sing berharga banget(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). Suwaliké, UNESCO nyuwun supaya Indonesia njaga (preserve) warisan kuwi.
Para ahli durung ana kang bisa mesthèkaké kapan wayang wiwit ana ing Indonésia. Nanging yèn ndeleng prasasti lan tinggalan jaman kepungkur, wayang kira-kira wis ana sadurungé agamaHindu mlebu. Nalika kuwi lakon wayang durung nganggo crita-crita kang dijupuk seka India. Pagelaran iki dienggo srana nyembah marang roh leluhur.
Wacana 4
Ketoprak
Kethoprak kalebu salah sawijining kesenian rakyat ing Jawa Tengah, ananging ugo bisa tinemu ing Jawa Wetan. Kethoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat Jawa Tengah lan biso ngasorake kesenian liyane, umpamane SrandulEmprak lan sakliyane.
Kethoprak wiwit bebukane awujud dedolanan para priya ing dhusun kang lagi nganaake lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan purnama ndadari, kasebut Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing kampung /dusun kanggo lelipur . Sak teruse ana tambahan kendhang, terbang, lan suling, mula wiwit saka iku kasebut Kethoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909 wiwitan dianaake pagelaran Kethoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran Kethoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane masyarakat/umum, yakuwi Kethoprak Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro, sing mandegani kabeh para pria. Carita kang dipagelarake yaiku : Warsa - Warsi, Kendana Gendini, Darma - Darmi, lan sapanunggalane.
Sawise iku pagelaran Kethoprak sansaya suwe dadi lan apike lan dadi klangenane masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta. Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Kethoprak dadi pepak anggone carita lan ugo kaering gamelan.
Rupa-werna carita pagelaran Kethoprak umpama carita rakyat, dongeng, babad, legenda, sejarah lan adaptasi saka nagari manca bisa uga migunaake swasana Indonesia, contone karya Shakespeare : Pangeran Hamlet utawa Sampek Eng Tay. Carita-carita baku: Darma-Darmi, Warsa-Warsi, Kendana-Gendini, Abdul Semararupi (crita Menak), Panji Asmarabangun, Klana Sewandana (crita Panji), Ande-ande lumut, Angling Darma, Roro Mendut, Damarwulan, Ranggalawe, Jaka bodo.
Ageman para nayaga pemain di padaake karo carita kang dipagélarake, . Biasane nganggo ageman para Narapraja Jawa wektu jaman kerajaan biyen. Umpama Pangeran Wiroguna, Agemane ngangga Priyayi Jawa Pangeran saka tlatah Jawa Tengah ( Jogaakarta ), Semono uga para prajurit. Nanging ana uga ageman kang arupa simbolis ,umpama Piyantun Wicaksana aweni ageman cemeng , Piyantun suci awerni agemman pethak, ingkang kendhel agemane abang. Carita Baghdad agemane kasebuat "Mesiran" nganggo ageman sutra. AgemenWayang wong uga ana gegayutan karo Kethoprak, utamane Kethoprak pesisran tlatah Jawa sisih pesisir Lor. Umpamane carita Angling Darma, Menak Jingga/Damarwulan.














Wacana 5

Bathik

Seni gawé kelir ing kain kanthi migunakaké malam iku sawijining tèknik lawas saka jaman kuna. Panemon ing Mesir nuduhaké yèn cara iki wis ditemokaké ing abad ka-4 SM, kanthi ditemokaké kain bungkus mumi sing dilapisi malam kanggo gawé pola. Ing Asia, tèknik kaya bathik uga ditrapaké ing Tiongkok jaman Wangsa Tang (618-907) sarta ing India lan Jepangjaman Periodhe Nara (645-794). Ing Afrika, tèknik kaya bathik ditepungi Suku Yoruba ingNigeria, sarta Suku Soninke lan Wolof ing Senegal.
Ing Indonésia, bathik dipercaya wis ana wiwit jaman Majapahit, lan dadi populèr nalika pungkasané abad XVIII utawa wiwitané abad XIX. Bathik kang diasilké yaiku kabèh bathik tulis nganti wiwitané abad XX lan bathik cap nembé ditepungi sakwisé ana Perang Donya Iutawa taun 1920-an. Tembung "bathik" asalé saka basa Jawa, nanging bathik ana ing Jawa ora kacathet sajarah metuné. G.P. Rouffaer duwé pandhapat yèn tèknik bathik iki dimungkinaké ana lan ditepungaké saka India utawa Srilangka nalika abad kaping 6 utawa kaping 7. Sakliyané iku, J.L.A. Brandes (arkéolog saka Walanda) lan F.A. Sutjipto (arkéolog saka Indonésia) duwé kapercayan yèn tradhisi bathik yaiku asli saka dhaérah kaya Toraja,Flores, Halmahera, lan Papua. Wilayah-wilayah mau dudu wilayah kang kena pangaruh sakaHindhuisme ananging bisa dingertèni yèn wilayah mau duwé tradhisi kuna kanggo gawé bathik.
Dhetil klambi kang nampilaké pola sulur wit-witan lan kembang-kembang kang angèl mèh kaya pola bathik tradhisional Jawa kang bisa ditemokaké jaman saiki. Iki nudhuhaké yèn gawé pola bathik paling angèl lan mung bisa digawé nganggo canthing wis ana ing Jawa wiwit abad kaping 13 utawa malah sadurungé kuwi uga wis ana.
Legendha ana ing literatur Melayu abad kaping 17, Sulalatus Salatin nyritakaké Laksamana Hang Nadim kang diwènèhi préntah déning Sultan Mahmud kanggo berlayar menyang Indiakanggo golèk 140 lembar kain serasah kanthi pola 40 jinis kembang ana ing saben lembaré. Merga ora bisa netepi wajib kang diwènèhké Sultan Mahmud, dhèwèké banjur gawé dhéwé kain-kain mau. Nanging kapal kang dinggo banjur kèrem ana ing lelaku bali lan mung bisa nggawa patang lembar kang ndadèkaké Sultan kuciwa.
Ana ing literatur Éropah, tèknik bathik iki pisanan dicritaké ana ing buku History of Java(London, 1817) tulisané Sir Thomas Stamford Raffles. Dhèwèké tau dadi Gubernur Inggris ing tlath Jawa nalika jaman Napoleon saka Walanda. Taun 1873 saudagar Walanda Van Rijekevorsel mènèhi saklembar bathik kang olèh nalika ana ing Indonésia marang Museum Etnik ing Rotterdam lan wiwitané abad kaping 19 kuwi bathik wiwit ana ing mangsa kajayané. Nalika dipamèraké ana ing Exposition Universelle ing Paris taun 1900, bathik Indonésia ngagètaké publik lan seniman.