Selasa, 16 Oktober 2012

Aku Terperangkap Cintamu D…!!


 Sampai saat ini aku masih tak bisa mengerti mengapa engkau dulu pergi tinggalkanku. Hingga waktulah yang membawaku melupakan segala tentang kita dan menemukan Rio. Menemukan keindahan yang dulu tak sempat kita lalui, kau terlalu cepat untuk pergi meninggalkan segala cerita tentang kita. Bersama Rio kini mimpi-mimpiku dulu dapat kuraih, dia yang memberiku semangat, membangkitkanku dari kekejaman masa lalu yang tak lain adalah kekejaman yang kau buat.
Kalau saja kau bukan masa laluku tentulah keadaan tak akan berubah seperti ini. Kau hadir ketika dia yang dulu kau elu-elukan sudah tak mampu lagi bersamamu. Kini kau memohon agar aku kembali menemani dan memberikan kasihku. Tak tahukah bagaimana dulu aku berusaha untuk menghapus semua kisah kita dan menemukan dunia baru. Dunia yang akhirnya kutemukan bersama Rio, dunia yang tak pernah membuatku berlinang air mata, dunia yang membawaku berjingkrak dengan mimpi-mimpi yang bisa kuraih.
Kau hadir begitu tiba-tiba menyeruak melewati celah-celah hidupku dan alhasil membuat kenanganku membuncah kembali. Kau begitu pandai membuat perasaan itu kembali, mulut manismu begitu lihai membawaku mengkhianati Rio. Kau tawarkan kasih sayang yang dulu tak sempat kau berikan padaku, kau berikan janji akan kesetiaan yang membuatku harus berpikir dua kali untuk tidak mengkhianati Rio.
Berawal dari pertemanan kita difacebook kau terus mengintai apa yang sedang berkecamuk dihatiku. Hingga pada saat ada bara dalam rumah tanggaku kau hadir memberikan penawar. Tentu saja aku terbuka akan kehadiranmu, aku tak pernah sekalipun membencimu walaupun kau pernah membuat lara hidupku. Tak disangka ternyata kau sedang ingin membuatku kembali kepadamu. Kegagalan hidupmu yang menyadarkan bahwa akulah seharusnya pilihan yang tepat bagimu.
***
Rio, suami sekaligus sahabat yang selalu membuatku tak pernah kesepian dalam hidup ini. Walaupun hingga usia pernikahan kami yang ketiga belum juga dikaruniai momongan, namun itu tak membuat kasih sayangnya berkurang. Jarang sekali ada pertengkaran serius dalam rumah tangga kami, aku selalu berusaha mencintainya walaupun jujur cinta yang kini aku berikan tak lebih dari balasan cintanya kepadaku. Perasaanku masih hampa aku masih belum bisa menerima cinta orang lain setelah kekasihku meninggalkanku untuk wanita yang telah dijodohkan untuknya.
Tak membutuhkan waktu lama memang bagi Rio untuk mengenalku dan membawaku berumah tangga. Aku menerimanya bukan tanpa alasan, ialah agar Shinta adikku satu-satunya bisa dipersunting lelaki pilihannya. Dalam keluarga kami memang tak boleh seorang anak perempuan melangkahi kakak perempuannya dalam hal pernikahan.
Seorang lelaki mapan, tampan bernama Rio Sujarwo itu memang bukanlah lelaki sembarangan. Bagi orangtuaku Rio adalah menantu yang sangat ideal, seorang pengusaha jebolan universitas ternama di luar negeri. Namun bagiku Rio tak lebih sebagai teman hidupku, teman berbagi yang nyaman, bukan lelaki idaman yang aku cintai. Mencintai Rio adalah keinginanku, aku menginginkan agar aku mencintai suami yang selama ini setia mendampingiku. Namun ternyata perasaan itu sangatlah sulit, aku bahagia bersamanya namun itu sebatas formalitasku sebagai istrinya.
Memasuki empat tahun pernikahan kami, akhirnya Tuhan memepercayaiku untuk mengandung anak dari Rio. Rasa cinta Rio semakin besar mengetahui bahwa dalam perutku menempel darah dagingnya. Melihat ketulusan Rio yang tak berkurang sedikitpun dari awal menikah hingga kini, akhirnya hatiku luluh juga. Aku mulai mencintai Rio, walaupun aku sendiri tak tahu cinta ini benar-benar tulus atau sekedar rasa kasihan saja.
Rumah tangga kami semakin lengkap ketika bayi yang ada dalam perutku keluar, bayi laki-laki itu juga memberikan kebahagiaan bagi keluarga besar kami. Karena Zidane, nama bayi kami merupakan cucu laki-laki pertama baik dari pihakku maupun pihak Rio. Silih berganti ibuku maupun ibu Rio menyambangi rumah kami untuk sekedar membantuku mengasuh si kecil.
Dengan hadirnya Zidane tak hanya menambah sumringah keluarga kecilku, tetapi juga membuat karier Rio semakin melesat. Dia sering sekali ditugas ke luar negeri untuk mengurus anak perusahaan yang ada di luar negeri. Karena hampir setiap bulan Rio pergi ke luar negeri, tak pelak aku sadar bahwa selama ini Rio begitu berjasa dalam hidupku. Nyatanya kini aku merasa kesepian walaupun ada Zidane bersamaku.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang sudah ditemani pembantu aku merasa tak ada aktivitas. Dunia maya pun sering menjadi pelarianku, menulis blog-blog pribadi ataupun sekedar mencari info-info shopnet. Hingga pada suatu hari aku bertemu secara maya dengan lelaki yang pernah menjadi masa laluku. Sebut saja D, begitu aku menamainya.
Awalnya D hanya berkeluh kesah soal keretakan rumah tangganya yang berujung pada perceraian. Dalam keadaanku yang sedang kesepian mengalirlah rasa cinta yang dulu pernah merasuki relung-relung hati ini. Sadar masih mempunyai keluarga utuh, aku pun berusaha menjauh dari D. semakin ku menjauh ternyata D semakin mendekatiku. Usahanya bisa dibilang nekat, ia menyambangi rumahku bahkan berusaha mendekati Zidane.
Usahaku untuk menghindari D tak menampakkan hasil, hatiku pun semakin terjerumus ke dalam jurang cinta yang ia tawarkan. Segala yang ia suguhkan tak pelak membuatku terpesona. Ia bahkan menawarkan untuk menjalin hubungan gelap jika aku belum sanggup meninggalkan Rio.
Setiap Rio pulang, aku merasa bersalah. Tak tega aku mengkhianati suami yang begitu setia. Suami yang rela bekerja keras untuk keluarga yang ditinggal. Tetapi apa balasanku sebagai istri? Menodai keluarga kecil ini. Terkadang aku menyalahkan keadaan. Mengapa harus saat ini D hadir kembali dalam hidupku, tatkala aku sudah mengubur semuanya.
“Tan…aku mengaku bersalah dulu telah meninggalkanmu demi orangtuaku, namun apakah salah jika aku kembali lagi untuk merajut cinta yang dulu kutinggalkan?”
“Kamu tak salah, hanya waktumu saja yang terlalu lambat, seandainya kau hadir tatkala aku masih lajang tak akan begini jadinya.”
“Lalu, jika aku masih ingin menjalin hubungan denganmu lagi?”
“Aku sudah mempunyai keluarga yang bahagia, aku tak ingin menodai keluarga kecilku.”
“Tak perlu kau meninggalkan suami serta anakmu, aku hanya ingin kita acap kali bertemu seperti dulu sayang.”
“Aku tak bisa, lebih baik aku tak mengenalmu, kasihan suami serta anakku.”
“Aku tahu kau masih mencintaiku Tan, kau hanya tak tega dengan suami dan anakmu. Aku sudah cukup lama mengenalmu, kau tak bisa membohongiku Tan..”
“Kau jangan terus merayuku, aku mencintai Rio bukan kau.”
“Kau bisa mengatakan seperti ini kepadaku, tapi jangan kau bohongi hatimu sendiri Tantri..!!”
Aku diam menyadari apa yang dikatakan D itu benar, tetapi aku juga tak sanggup jika harus menuruti kemauannya.
“Berpikirlah dulu sayang, aku akan menemuimu lagi nanti.”
D pergi meninggalkanku yang sedang dilema. Dan nyatanya aku tak mampu menangkal rasa yang dulu singgah. Pertemuan rutinku dengan D membuatku tak kesepian dan mengecap keindahan masa lalu. Tetapi itu juga membuatku merasa bersalah kepada Rio.
“Mas, kenapa kita tak pindah ke Medan saja, daripada mas bolak-balik terus?”
“Tak perlu Tan, satahun lagi proyek di Medan juga selesai kok. Lagian Jakarta Medan tak butuh waktu lama kan?”
“Iya sih, tetapi apa jika kita semua pindah ke Medan kan mas ada yang ngurus disana.”
“Tenang saja istriku, aku disana sudah ada fasilitas kantor kok, aku nggak bakal macem-macem sayang.”
Rio tak pernah berdusta, suamiku memang lelaki paling setia. Rasanya tak tega mengkhianati Rio yang demikian sayang dan setia itu. Namun rasa cinta yang dulu pernah ada untuk D itu terlalu kuat untuk mengalahkan setianya Rio.
“Facebook” jejaring sosial yang ku benci karena telah membawaku mengenal kembali D namun juga membuatku menemukan cintaku yang dulu.  Kesibukan Rio membuat intensitas pertemuanku dengan D semakin sering. Aku terperangkap cintamu D…!!
Kendal, 16 Oktober 2012