Senin, 25 Juni 2012

Mimpi

Seperti kebanyakan aku enggan mengingat masa laluku apalagi membayangkan keindahan dimasa yang telah jauh kita lewati. Bagiku masalalu adalah sebuah simpanan cerita yang hanya akan ku buka jika aku membutuhkan pelajaran darinya saja. Jika bukan karena mimpi yang kerap mendatangiku akhir-akhir ini pun aku tak mau membuka lembaran-lembaran usang masa itu. Mimpi itu membuatku sering membuatku melamun ke masa lima tujuh tahun silam, album foto usang itupun sering sekali ku buka hanya untuk menyaksikan kembali wajah yang semalam hadir dalam mimpiku.  Walaupun ku tahu wajah itu pasti telah berubah menjadi sosok dewasa, tak lagi menjadi bocah berseragam putih abu-abu seperti dalam foto.
Mimpi sialan itu kini mulai mengganggu keseharianku, kadang aku melihat sosoknya seolah-olah hadir diantara murid-muridku. Tentu saja hal itu membuat konsentrasiku buyar dan sering aku ditegur oleh muridku sendiri. Mimpi itu kini hadir hampir setiap malam, dan hampir setiap hari pula semua yang ku lakukan menjadi berantakan. Kekasihku pun mulai merasakan kejanggalanku, katanya aku terlihat sering melamun dan salah melakukan suatu hal. Ya Tuhan kenapa mimpi itu harus hadir disaat aku sudah tak menginginkannya lagi??
Dulu ketika ia baru saja meninggalkanku, aku memang sering berharap ia hadir dalam mimpiku. Aku selalu membayangkan bahwa aku bisa kembali lagi dengannya bahkan terlantun doa untuknya dalam setiap sujudku. Mungkinkah ini jawaban Tuhan atas doaku. Tetapi itu sudah enam tahun yang lalu ketika aku rapuh dan kemudian tenggelam kedalam dunia gelap sebelum aku bertemu Doni yang kemudian membawaku menjadi lebih baik. Donilah yang membuat semangatku kembali menyala dan keberhasilanku hingga detik ini pun tak lepas dari dukungan dia. Seorang kekasih yang tulus mencintaiku.
Sudah hampir sebulan mimpi aneh itu terus mendatangiku, mimpi yang berbeda-beda namun pada intinya sama. Masa laluku hadir kembali dan memintaku untuk kembali merajut kasih dengannya. Tak bisa aku ingkari jika bulir bulir cinta itu masih bersemayam dihatiku, nyatanya mimpi itu terus hadir itu mungkin karena pikiranku yang selalu memikirkannya dan terbawa sampai ke dalam mimpi.
Untuk menghapus mimpiku ini, aku berencana untuk ikut dengan murid-muridku studi tour ke Bali, semoga dengan liburan ini aku bisa melupakan semua tentang masa laluku. Namun ternyata jalan yang kuambil ini salah karena di pulau dewata justru aku bertemu dengannya secara nyata. Dan kejadian itu seolah menjadi jawaban atas mimpiku selama ini.
Sore itu ketika aku dan rombongan menonton tari kecak di Garuda Wisnu Kencana, aku menjadi yang terakhir masuk ke arena dikarenakan mencari salah satu siswiku yang terpisah. Karena arena pertunjukan sudah penuh dan pertunjukan pun sudah dimulai maka aku dan satu siswiku mendapat tempat duduk paling belakang. Seperti ada yang memanggilku dengan panggilan masa SMAku, aku menoleh ke belakang namun dibelakang hanya ada kru kamera karena aku memang duduk di bangku paling belakang.
“Hai... sama siapa kamu?” tiba-tiba ia menyenggol bahuku.
“Ba..banney..?!?” tak sadar aku memanggil dengan sebutan sayangku ketika itu.
“Iya ini aku, nggak nyangka ya bisa ketemu di tempat seperti ini, sama siapa kamu?”
“Iya aku juga nggak nyangka, ini aku sama murid-muridku. Maklum sudah jadi orang tua sekarang hehehhe, kamu sama siapa? Mbak ve ya?” pancingku memastikan bersama siapa dia disini.
“Enggak kok, aku sama mama papa tuh disana” katanya sambil menunjukkan posisi kedua orang tuanya.
Tujuan yang semula ingin menonton pertunjukan tari berubah menjadi obrolan yang panjang. Ya Tuhan mimpi itu kini nyata, ia ada dihadapanku senyumnya pun masih sama seperti dulu, menggoda. Malam itu pun seolah menjadi malam terindah di Bali, aku diundang makan malam bersama dengan keluarganya. Entah apa perasaanya tetapi perasaanku saat itu sangat tak karuan, disatu sisi aku bahagia bertemu kembali dengannya namun disisi lain aku merasa berdosa dengan kekasihku. Makan malamini serasa sama dengan makan malam ketika aku pertama kali menginjakkan rumahnya. Orang tuanya pun masih ramah, malah menanyakan tentang pekerjaanku dan pertanyaan lain khas orang tua.
Setelah pertemuan diBali itu aku tak pernah mendengar kembali kabarnya, mimpi itu pun hilang secara tiba-tiba. Hidupku kembali normal seperti sebelum mimpi itu datang, kekasihku pun tak lagi kerap kesal dengan tingkah polahku akhir-akhir ini. Dikelas aku bisa lebih konsentrasi mengajar dan tak pernah terpikir tentang mimpi itu lagi.
Namun kenormalan itu tak berlangsung lama, dua bulan kemudian Banney menyambangiku disekolah tempatku mengajar. Sungguh merupakan suatu hal yang mengejutkan sekali. Dia kembali datang disaat hatiku telah ada yang mengisinya, dan kehadirannya yang kemudian mulai rutin menyambangiku membuatku semakin kembali menaruh perasaan terhadapnya. Apalagi dari cara dia ketika berada dekat denganku kelihatan sekali bahwa ia ingin kembali merebut hatiku walaupun ia pun tahu kini aku tak lagi sendiri.
Kehadiran Banney dalam hidupku membuatku merasa dilema, aku masih menyayangi Doni seperti sebelumnya namun rasaku terhadap Banney yang dulu dengan susah payah ku kubur kini mencuat kembali. Memang selama ini Doni lebih sibuk dengan urusan bisnisnya namun dialah yang membangkitkan aku, dialah yang membuat aku menjadi seperti saat ini. Aku tak bisa membayangkan jika selama ini tak ada Doni yang selalu ada jika aku sedang membutuhkannya.
“Bolehkah aku kembali menyayangimu tanpa harus memilikimu?” katanya pada suatu malam disaat menghabiskan malam romantis ditempat yang dulu.
Aku diam, diam bukan karena bingung, diam karena aku tak mampu membaca hatiku sendiri, diam dalam ketidak tahuan. sepertinya ia mengetahui apa yang ku pikirkan.
“Nggak usah dijawab, aku tahu perasaanmu, biarlah takdir yang menjawab. Kini aku yang akan menunggumu.”
Menunggu sesuatu yang bagiku sangat membosankan. Namun itulah yang dilakukannya menungguku entah sampai kapan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar