Seperti
kebanyakan aku enggan mengingat masa laluku apalagi membayangkan keindahan
dimasa yang telah jauh kita lewati. Bagiku masalalu adalah sebuah simpanan
cerita yang hanya akan ku buka jika aku membutuhkan pelajaran darinya saja.
Jika bukan karena mimpi yang kerap mendatangiku akhir-akhir ini pun aku tak mau
membuka lembaran-lembaran usang masa itu. Mimpi itu membuatku sering membuatku
melamun ke masa lima tujuh tahun silam, album foto usang itupun sering sekali
ku buka hanya untuk menyaksikan kembali wajah yang semalam hadir dalam
mimpiku. Walaupun ku tahu wajah itu
pasti telah berubah menjadi sosok dewasa, tak lagi menjadi bocah berseragam
putih abu-abu seperti dalam foto.
Mimpi
sialan itu kini mulai mengganggu keseharianku, kadang aku melihat sosoknya
seolah-olah hadir diantara murid-muridku. Tentu saja hal itu membuat
konsentrasiku buyar dan sering aku ditegur oleh muridku sendiri. Mimpi itu kini
hadir hampir setiap malam, dan hampir setiap hari pula semua yang ku lakukan
menjadi berantakan. Kekasihku pun mulai merasakan kejanggalanku, katanya aku
terlihat sering melamun dan salah melakukan suatu hal. Ya Tuhan kenapa mimpi
itu harus hadir disaat aku sudah tak menginginkannya lagi??
Dulu
ketika ia baru saja meninggalkanku, aku memang sering berharap ia hadir dalam
mimpiku. Aku selalu membayangkan bahwa aku bisa kembali lagi dengannya bahkan
terlantun doa untuknya dalam setiap sujudku. Mungkinkah ini jawaban Tuhan atas
doaku. Tetapi itu sudah enam tahun yang lalu ketika aku rapuh dan kemudian
tenggelam kedalam dunia gelap sebelum aku bertemu Doni yang kemudian membawaku
menjadi lebih baik. Donilah yang membuat semangatku kembali menyala dan
keberhasilanku hingga detik ini pun tak lepas dari dukungan dia. Seorang
kekasih yang tulus mencintaiku.
Sudah
hampir sebulan mimpi aneh itu terus mendatangiku, mimpi yang berbeda-beda namun
pada intinya sama. Masa laluku hadir kembali dan memintaku untuk kembali
merajut kasih dengannya. Tak bisa aku ingkari jika bulir bulir cinta itu masih
bersemayam dihatiku, nyatanya mimpi itu terus hadir itu mungkin karena
pikiranku yang selalu memikirkannya dan terbawa sampai ke dalam mimpi.
Untuk
menghapus mimpiku ini, aku berencana untuk ikut dengan murid-muridku studi tour
ke Bali, semoga dengan liburan ini aku bisa melupakan semua tentang masa laluku.
Namun ternyata jalan yang kuambil ini salah karena di pulau dewata justru aku
bertemu dengannya secara nyata. Dan kejadian itu seolah menjadi jawaban atas
mimpiku selama ini.
Sore
itu ketika aku dan rombongan menonton tari kecak di Garuda Wisnu Kencana, aku
menjadi yang terakhir masuk ke arena dikarenakan mencari salah satu siswiku
yang terpisah. Karena arena pertunjukan sudah penuh dan pertunjukan pun sudah
dimulai maka aku dan satu siswiku mendapat tempat duduk paling belakang.
Seperti ada yang memanggilku dengan panggilan masa SMAku, aku menoleh ke
belakang namun dibelakang hanya ada kru kamera karena aku memang duduk di
bangku paling belakang.
“Hai...
sama siapa kamu?” tiba-tiba ia menyenggol bahuku.
“Ba..banney..?!?”
tak sadar aku memanggil dengan sebutan sayangku ketika itu.
“Iya
ini aku, nggak nyangka ya bisa ketemu di tempat seperti ini, sama siapa kamu?”
“Iya
aku juga nggak nyangka, ini aku sama murid-muridku. Maklum sudah jadi orang tua
sekarang hehehhe, kamu sama siapa? Mbak ve ya?” pancingku memastikan bersama
siapa dia disini.
“Enggak
kok, aku sama mama papa tuh disana” katanya sambil menunjukkan posisi kedua
orang tuanya.
Tujuan
yang semula ingin menonton pertunjukan tari berubah menjadi obrolan yang
panjang. Ya Tuhan mimpi itu kini nyata, ia ada dihadapanku senyumnya pun masih
sama seperti dulu, menggoda. Malam itu pun seolah menjadi malam terindah di
Bali, aku diundang makan malam bersama dengan keluarganya. Entah apa perasaanya
tetapi perasaanku saat itu sangat tak karuan, disatu sisi aku bahagia bertemu
kembali dengannya namun disisi lain aku merasa berdosa dengan kekasihku. Makan
malamini serasa sama dengan makan malam ketika aku pertama kali menginjakkan
rumahnya. Orang tuanya pun masih ramah, malah menanyakan tentang pekerjaanku
dan pertanyaan lain khas orang tua.
Setelah
pertemuan diBali itu aku tak pernah mendengar kembali kabarnya, mimpi itu pun
hilang secara tiba-tiba. Hidupku kembali normal seperti sebelum mimpi itu
datang, kekasihku pun tak lagi kerap kesal dengan tingkah polahku akhir-akhir
ini. Dikelas aku bisa lebih konsentrasi mengajar dan tak pernah terpikir
tentang mimpi itu lagi.
Namun
kenormalan itu tak berlangsung lama, dua bulan kemudian Banney menyambangiku
disekolah tempatku mengajar. Sungguh merupakan suatu hal yang mengejutkan
sekali. Dia kembali datang disaat hatiku telah ada yang mengisinya, dan
kehadirannya yang kemudian mulai rutin menyambangiku membuatku semakin kembali
menaruh perasaan terhadapnya. Apalagi dari cara dia ketika berada dekat
denganku kelihatan sekali bahwa ia ingin kembali merebut hatiku walaupun ia pun
tahu kini aku tak lagi sendiri.
Kehadiran
Banney dalam hidupku membuatku merasa dilema, aku masih menyayangi Doni seperti
sebelumnya namun rasaku terhadap Banney yang dulu dengan susah payah ku kubur
kini mencuat kembali. Memang selama ini Doni lebih sibuk dengan urusan
bisnisnya namun dialah yang membangkitkan aku, dialah yang membuat aku menjadi
seperti saat ini. Aku tak bisa membayangkan jika selama ini tak ada Doni yang
selalu ada jika aku sedang membutuhkannya.
“Bolehkah
aku kembali menyayangimu tanpa harus memilikimu?” katanya pada suatu malam
disaat menghabiskan malam romantis ditempat yang dulu.
Aku
diam, diam bukan karena bingung, diam karena aku tak mampu membaca hatiku
sendiri, diam dalam ketidak tahuan. sepertinya ia mengetahui apa yang ku
pikirkan.
“Nggak
usah dijawab, aku tahu perasaanmu, biarlah takdir yang menjawab. Kini aku yang
akan menunggumu.”
Menunggu
sesuatu yang bagiku sangat membosankan. Namun itulah yang dilakukannya menungguku
entah sampai kapan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar