Kadang rindu ini mencekik
Membayangkan hitamku yang dulu
Hitam yang eksotis memabukkan
Hitam yang sekarang telah mebiru
membiru bukan tuk menjadi abu
membiru bukan tuk membisu
membiru untuk membaharui
Rabu, 18 Januari 2012
Selasa, 17 Januari 2012
Makalah KENDALA DAN GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
KENDALA DAN
GANGGUAN KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Drs. Widodo
Oleh
:
Asih
Setyarini (2601409073)
Rombel 1
JURUSAN
BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Gangguan keterlambatan bicara adalah istilah yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa
pada anak-anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada
umumnya mereka mempunyai perkembangan intelegensi dan sosial emosional yang
normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 8 sampai 10%
anak-anak usia pra sekolah dan lebih cenderung dialami anak laki-laki daripada
perempuan.
Di awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan kata yang memiliki makna.
Meski kebanyakan kata tersebut masih sulit dipahami karena artikulasi (pengucapannya)
masih belum baik. Perlu diketahui kemampuan batita dalam berbicara dipengaruhi
kematangan oral motor (organ-organ mulut). Sementara kemampuan yang menunjang
perkembangan bahasa diantaranya kemampuan mendengar, artikulasi, fisik
(perkembangan otak dan alat bicara), dan lingkungan.
B.
PERMASALAHAN
Dari latar belakang di atas kemudian timbul pertanyaan sebagai pokok
permasalahan yaitu:
1.
Apa saja yang
menyebabkan keterlambatan bicara pada anak ?
2.
Bagaimana
bentuk-bentuk bicara atau pengucapan anak?
3.
Bagaimana cara
mengatasi gangguan bicara pada anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENYEBAB KETERLAMBATAN BICARA PADA ANAK
Ada beberapa
faktor yang menyebabkan keterlambatan bicara pada anak, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Hambatan
pendengaran
Pada beberapa kasus,
hambatan pada pendengaran berkaitan dengan keterlambatan bicara, maka dia akan
mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru dan menggunakan bahasa. Salah
satu penyebanya adalah karena infeksi telinga.
2.
Hambatan
perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-motor
Ada kasus
keterlambatan bicara yang disebabkan adanya masalah pada area oral-motor di
otak sehingga kondisi ini menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di
daerah otak yang bertanggung jawab mebghasilkan bicara. Akibatnya, si anak
mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya untuk
menghasilkan bunyi rangsang tertentu.
3.
Masalah keturunan
Sejauh ini
masalah keturunan belum dapat diteliti korelasinya dengan etologi dari hambatan
pendengaran. Namun, pada beberpa kasus dimana seorang anak anak mengalami
keterlambatan bicara, ditemukan kasus serupa pada generasi sebelumnya atau pada
keluarganya. Dengan demikian kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya
kemungkinan masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.
4.
Masalah pembelajaran
dan komunikasi dengan orang tua
Masalah
komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari memiliki peran penting
dalam membuat anak mempunyai kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi.
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si
anaklah yang juga membuat si anak tidak banyak mempunyai perbendaharaan kata,
kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat kesimpulan dari
kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekalipun. Sering orang tua malas
mengajak anaknya bicara panjang lebar dan hanya bicara satu patah dua patah
kata saja yang isinya intruksi atau jawaban yang sangat singkat.
Anak-anak yang
diasuh oleh orangtua/pengasuh yang pendiam sering kali jadi kurang
terstimulasi. Begitu juga anak-anak yang setiap hari kegiatannya hanya menonton
tv. Anak- pun, misalnya hanya menunjuk-nunjuk, sudah mendapatkan apa yang
diinginkan.
5.
Adanya keterbatasan
fisik
Adanya
keterbatasan fisik seperti pendengaran kurang sempurna, bibir sumbing dan
sebagainya juga bisa merupakan penyebab keterlambatan bicara pada anak.
6.
Faktor televisi
Sejauh ini,
kebanyakan nonton televisi pada anak-anak batita merupakan faktor yang membuat
anak menjadi pendengar pasif. Pada saat nonton televisi, anak akan lebih sebagai
pihak yang menerima tanpa harus mencerna dan memproses informasi yang masuk.
Belum lagi adegan yang disuguhkan berisi adegan-adegan yang seringkali tidak
dimengerti oleh anak bahkan sebernarnya traumatis (karena menyaksikan adegan
perkelahian, kekerasan, seksual, ataupun acara yang tidak disangka memberi
kesan yang mendalam karena egosentrisme yang kuat pada anak dan karena
kemampuan kognitif yang masih belum berkembang). Akibatnya, dalam jangka waktu
tertentu yang mana seharusnya otak mendapat banyak stimulasi dari lingkungan/
orang tua untuk kemudian memberikan feedback kembali, namun karena yang lebih
banyak memberikan stimulasi adalah televisi (yang tidak membutuhkan respon
apa-apa dari penontonnya), maka sel-sel otak akan mengurusi masalah bahasa dan
bicara akan terhambat perkembangannya.
B.
BENTUK-BENTUK BICARA ATAU PENGUCAPAN ANAK
1.
Babbling
Sebagian anak
diawal usia batita, melakukan babbling, yaitu mengeluarkan suara berupa satu
suku kata, seperti “ma..” atau “ba..”. namun
itu masih belum bermakna.
2.
Bahasa planet
Contoh saat
meminta sesuatu dia hanya menunjuk sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak
dimengerti orang dewasa atau sekedar menggunakan bahasa tubuh.
3.
Sepotong-sepotong
Kemampuan
untuk menangkap, mencerna, dan mengeluarkan apa yang ingin diucapkan masih
dalamtahapbelajar.wajar kalau pengucapan masih sering tersendat-sendat/
sepotong sepotong hanyapada bagian akhir kata. Misalnya “minta” jadi “ta”
4.
Sulit mengucapkan
huruf/ suku kata
Misalnya kata
mobil disebut mobing atau toko menjadi toto. Pengucapan seperti ini akan
menjadi sulit ditangkap artinya. Biasanya kendala ini akan hilang dengan
bertambahnya usia.
5.
Terbalik-balik
Misalnya si
anak mau mengucapkan “Arep ndherek ning pasar” tetapi yang diucapkan “ pacang
ayep yeyek” dan sebagainya. Ini tentu saja membingungkan dan kadang sulit
dipahami dengan yang diajak bicara.
6.
Cadel
Cadel bisa
karena kelainan fisiologis, misalnya lidahnya pendek, tak punya ank tekak, atau
langit-langitnya cekung. Untuk menanganinya tentu harusdikonsultasikan dengan
dokter.
7.
Salah makna kata/
kalimat
Meskipun anak
sudah bisa mengucapkan kata-kata menjadi kalimat. Namun masih sering terjadi
salah makna.
8.
Gagap
Gagap
(stuttering) pada masa batita dianggap normal karena masih belajar
mengembangkan ketrampilan dan kemampuan bicara.
C.
CARA MENGATASI GANGGUAN BICARA PADA ANAK
Ada keterlambatan bicara yang masih bisa diupayakan sendiri oleh orangtua,
tapi ada juga yang harus melibatkan ahli.
1.
Keterlambatan yang
bisa diatasi sendiri
a.
Menyebut nama-nama
angota tubuh.
b.
Ketika anak bicara
tidak jelas tetapi kita mengerti apa maksudnya
c.
Mengucapkan nama
benda yang digunakan sehari-hari dengan cara terus mengulang.
d.
Ketika seharusnya
anak sudah bisa mengucapkan 2-3 kata dalam satu kalimat tapi ia hanya
mengucapkan 1 kata.
e.
Jika ada konsonan-konsonan
yang masih sulit diucapkannya di usia 12-18 bulan, beri kesempatan untuk terus
mengulanginya.
2.
Keterlambatan yang
harus melibatkan ahli
a.
Sampai usia 12
bulan sama sekali belum bisa babling
b.
Sampai usia 18
bulan belum ada kata pertama yang cukup jelas, padahal sudah dirangsang dengan
berbagai cara
c.
Terlihat kesulitan
mengucapkan beberapa konsonan
d.
Seperti tidak
memahami kata-kata yang kita ucapkan
e.
Terlihat berusaha
sangat keras untuk mengatakan sesuatu, misalnya sampai ngeces atau raut muka berubah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada akhir tulisan ini penulis dapat menarik kesimpulan dan dengan kesimpulan
tersebut setidaknya mendapatkan gambaran yang cukup jelas tentang keterlambatan
bicara pada anak usia pra sekolah. Dan dengan kesimpulan tersebut pula
setidaknya penulis dapat memberikan beberapa saran yang nantinya semoga dapat
dipertimbangkan. Adapun kesimpulan dan saran adalah sebagai berikut :
1.
Peran serta orang tua sangat dibutuhkan agar
anak tidak mengalami gangguan berbicara
2.
Lingkungan yang mendukung juga akan mendukung
anak untuk tidak mengalami gangguan bicara
DAFTAR PUSTAKA
Chaer.Abdul. 2003. Psikolinguistk
Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
O.I,Lovaas,
Teaching Developmentally Disabled Children: The ME Book, Pro-ed, 1981.
e-psikologi.com
http://www.halamansatu.net/index.php?option content&task=view&id=144<emid=51 diakses
tanggal 29 Desember 2011
http://www.ibudananak.com/index.php?option=com news&task=view&id=342&itemid=19 diakses
tanggal 29 Desember 2011
RPP MEMBACA
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama
Sekolah
|
:
|
SMA
|
Mata
Pelajaran
|
:
|
Bahasa Jawa
|
Kelas/Program/
Semester
|
:
|
XI
IPA-IPS/ 1
|
Pertemuan
ke-
|
:
|
|
Alokasi
Waktu
|
:
|
2 X 45
menit
|
Standar
Kompetensi
|
:
|
Membaca
·
Mampu membaca dan memahami berbagai teks bacan nonsastra
berbahasa Jawa dengan berbagai tehnik membaca untuk berbagai tujuan
|
Kompetensi
Dasar
|
:
|
Membaca pemahaman
paragraf berdasarkan letak kalimat utama
|
Indikator
|
:
|
·
Mampu
menentukan kalimat utama
·
Mampu
menentukan kalimat penjelas
·
Mampu
menjelaskan ciri paragraf deduktif dan induktif
|
A.
Tujuan Pembelajaran
·
Siswa dapat menentukan kalimat utama
·
Siswa dapat menentukan kalimat penjelas
·
Siswa dapat menjelaskan ciri paragraf deduktif dan
induktif
B.
Materi Pembelajaran
Wacana bebas
dengan 5 judul berbeda
C.
Metode Pembelajaran
Tanya jawab; Inkuiri; Diskusi; Belajar dalam kelompok; dan Penugasan
D.
Langkah-langkah
Pembelajaran
No
|
Kegiatan
|
1.
2.
3.
|
Kegiatan Awal
Motivasi:
Guru
bertanya jawab tentang wacana dan kalimat utama
Kegiatan
Inti
2.1
Eksplorasi
2.2
Elaborasi
· Siswa dalam
kelompok judul sama menentukan kalimat utama dan kalimat penjelas secara
berkelompok
· Siswa dalam kelompok judul sama menentukan paragraf deduktif
atau induktif dalam setiap paragraf
secara berkelompok
· Siswa
menentukan ciri-ciri paragraf induktif dan deduktif
· Setelah
selesai siswa kembali dalam kelompok pertama yang dalam satu kelompok judul
wacana berbeda.
· Satu
persatu siswa memaparkan hasil kerjanya dalam kelompoknya masing-masing.
2.3
Konfirmasi
· Guru
memberikan umpan balik positif atas hasil tanggapan siswa mengenai bacaan.
· Guru menawarkan
salah satu siswa untuk memaparkan hasil kerjanya di depan.
· Guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang maju .
· Guru
memberi motivasi kepada siswa yang belum berpartisipasi aktif
Penutup
· Guru
bersama dengan siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
· Guru
memberi tugas tidak terstruktur sebagai pengayaan materi tentang menentukan
kalimat utama.
|
E.
Media/ Sumber
Pembelajaran
·
Buku Paket Basa Jawa
·
Wacana berbahasa Jawa
F.
Penilaian
Ø
Butir
Penilaian:
Analisis wacan ing ngisor iki
·
Sing endi ukara pokok lan ukara penjelas?
·
Wacan ing ngisor kalebu wacan deduktif apa wacan
induktiff?
·
Kepriye ciri-cirine wacan deduktif lan induktif?
Ø
Pedoman Penyekoran:
No
|
Uraian
|
Kriteria Ketepatan
|
||
Benar
|
Setengah
|
Salah
|
||
1
|
Kalimat
pokok dan penjelas
|
40
|
20
|
0
|
2
|
Pargraf
deduktif atau induktif
|
30
|
15
|
0
|
3
|
Ciri-ciri
paragraf deduktif dan induktif
|
30
|
15
|
0
|
Total Nilai
|
100
|
50
|
0
|
Wacana 1
Basa Jawa
Basa Jawa iku kagolong basa Austronesia, ya kuwi basa-basa sing dienggo sawarna-warnané bangsa pribumi ing kapuloan sakidul-wetaning bawana Asia. Basa
Jawa kasebar wiwit pucuk kulon pulo Jawa, Banten nganti
pucuk wétan Banyuwangi déning kurang luwih 80 yuta panutur ibu. Kajaba iku, basa iku kasebar
ing Indonesia saka Sumatra nganti Papua, Timor Wétan, Malaysia, Singapura, Taiwan, HongKong,Walanda, Suriname, Curaçao lan ing Kaledonia Anyar.
Basa Jawa ya dadi salah sijiné panyumbang sing gedhé
dhéwé kanggo panuwuhanébasa Indonesia. Sanadyan dudu basa resmi ing pamaréntahan, basa Jawa nduwé pangaruh luwih
akèh tinimbang basa-basa daérah liyané kayata ing kosakata, lan istilah-istilah
sing kadhangkala nganggo tembung Jawa.
Basa Jawa iku bagéyan saka sub-cabang Sundik saka
rumpun basa Melayu-Polinesia Kulonsaka pang basa Melayu-Polinesia sing gilirané
anggota basa Austronesia. Basa Jawa isih sedulur cedhak basa Melayu, basa Sundha, basa Madura, basa
Bali, lan uga basa-basa ing pulo Sumatra sarta Kalimantan.
Basa Jawa dipigunakaké ing Jawa Tengah, Jawa Wétan lan
uga pesisir lor Jawa Kulon. Banjur ing Madura, Bali, Lombok lan Tatar Sundha
ing Jawa Kulon, basa Jawa uga ditrapaké dadi basa sastra. Basa Jawa uga basa dalem
ing keraton Palembang, Sumatra Kidul sadurungé keraton iki dibedhah wong
Walanda ing wusananing abad kaping-18.
Sanadyan dudu basa resmi ing ngendi waé, basa Jawa basa Austronesia sing akèh dhéwé cacahé panutur ibuné. Basa iki dituturaké lan
dimangertèni kurang luwih déning 80 yuta jiwa wong. Kurang luwih 45% pedunung
negara Indonesia keturunan Jawa utawa manggon ing Tanah Jawa. Mèh kabèh
presidhèn Indonesia wiwit taun 1945 iku keturunan Jawa (sajatiné kabèh keturunan Jawa, B.J. Habibie uga ngaku yèn ibuné priyayi Jawa). Dadi ora
nggumunaké yèn basa Jawa mènèhi pangaribawa akèh ing perkembangané basa
Indonesia.
Basa Jawa Modhèrn bisa dipérang dadi telung
dhialèk: dhialek Jawa Kulon, dhialek Jawa Tengah, lan dhialek Jawa Wétan. Ing pulo Jawa ana sing
diarani dialect continuum ('kasinambungan dhialèk')
saka Banten ing ujung kulon tekan Banyuwangi, ing pucuk wétan. Kabèh dhialèk basa Jawa kurang luwih bisa dingertèni
para panuturé (basa Inggris mutually intelligible)
Wacana 2
Ramayana
Ramayana (basa Sangskreta: Rāmāyaṇa utawa lelakuné sang Rama), iku salah siji saka
rong wiracarita saka tanah India sing
misuwur banget. Wiracarita sijiné iku Mahabharata.Carita iki nyaritakaké Dèwi Sinta, garwa
Sri Rama sing kaculik déning Rahwana.
Kitab iki dianggep buku fiksi paling tuwa sadonya yèn kitab Weda ora mlebu petungan. Kitab kuwi ditulis déning Walmiki kang kira-kira ing taun 300 SM. Crita iki banjur nyebar lan akèh banget variasiné
kang ana ing njero India dhéwé
utawa ing donya.
Ing tlatah Jawa, naskah
Ramayana paling tuwa tinemu iku Kakawin Ramayana. Crita iki kasebar lan mlebu dadi lakon wayang kanthi
owah-owahan ing sawetara panggonan. Crita iki katatah ing Candhi Prambanan. Ing candhi iki, uga
kagelar sendratari Ramayana ing platarané.
Sawetara kuwi, ing tanah Mlayu, crita
iki dadi kitab Hikayat Sri Rama. Ing Thailand dadiRamakien. Sawetara ahli uga nemokaké yèn Ramayana sumebar uga ing suku Indian,Amérika. Ana uga kang ditemokaké ing Siberia.
Sing paling béda yaiku ing Sri Lanka. Ing tlatah iki Ravana dadi wong kang becik lan Rama dadi
wong kang ngrusak Lanka. Ravana iku kecathet salah sijiné raja kang naté nyekel
kuwasa ing tlatah iki.
Kejaba vèrsi Sri Lanka, umumé Ramayana nyritaaké lelakoné Sri Rama kang
ngrebut manèh Sita. Rahwana
nyulik Sita supaya gelem dadi bojoné. Rama banjur ditulungi déning para wanara
lan kasil ngrebut Sita.
Wacana 3
Wayang
Wayang iku pagelaran nganggo
bonéka kang umumé katon éndah ing wewayangané lan dilakokaké déning dhalang
kanthi iringan gamelan. Bonéka kasebut bisa kang wujud 2 dhimensi utawa wujude 3 dhimensi. Umumé,
kang wujud 2 dhimensi, kagawé saka kulit (walulang), kang biyasané kulit sapi,
utawa wedhus. Lan kang wujud 3 dhimensi, lumrah digawé saka kayu kang
direnggani penganggo saka kain kang manéka warna adhedhasar karakter wayang
kasebut. Nanging ing sawatara tlatah, uga ana kang gawé wayang saka suket, lan
kerdhus, ananging wayang jinis ngéné iki ora pati akèh ditemoni. Manut ing
kemajuane jaman, wus tinatah lan sinungging wayang kanthi ngginakaken media
digital kanthi piranti empuk pangolah citra. Wayang kang tinatah lan sinungging
kanthi media digital kasebat e-wayang.
Crita kang dilakonaké dijupuk saka épos Mahabharata lan Ramayana kang uga sinebut Wayang Purwa. Uga ana kang nggelar lakon crita-crita 1001 wengi saka tanah Arab. Wayang
kang ngéné iki diarani Wayang Menak. Pagelaran iki misuwur ing tanah Jawa.
Wayang iki ora mung sumebar ing Jawa waé, nanging uga ing tlatah liya
ing Nuswantara. Pagelaran wayang wis diakoni déning UNESCO ing tanggal 7 November 2003, dadi karya kabudayan kang édi péni ing babagan crita dongéng lan warisan
sing berharga banget(Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity). Suwaliké, UNESCO nyuwun supaya Indonesia njaga (preserve)
warisan kuwi.
Para ahli durung ana kang bisa mesthèkaké kapan wayang wiwit ana ing Indonésia. Nanging yèn ndeleng prasasti lan tinggalan jaman kepungkur, wayang kira-kira wis ana sadurungé
agamaHindu mlebu. Nalika kuwi lakon wayang durung nganggo crita-crita kang
dijupuk seka India. Pagelaran iki dienggo srana nyembah marang roh leluhur.
Wacana 4
Ketoprak
Kethoprak kalebu salah sawijining
kesenian rakyat ing Jawa Tengah,
ananging ugo bisa tinemu ing Jawa Wetan.
Kethoprak wis nyawiji dadi budaya masyarakat
Jawa Tengah lan biso ngasorake kesenian liyane, umpamane Srandul, Emprak lan
sakliyane.
Kethoprak
wiwit bebukane awujud dedolanan para priya ing dhusun kang
lagi nganaake lelipur sinambi nabuh lesung kanthi irama ana ing waktu wulan
purnama ndadari, kasebut Gejog. Ana ing tembe kaering tembang bebarengan ing
kampung /dusun kanggo lelipur . Sak teruse ana tambahan kendhang, terbang, lan
suling, mula wiwit saka iku kasebut Kethoprak Lesung, kira-kira kadadeyan ing
tahun 1887. Sak banjure ana ing tahun 1909 wiwitan
dianaake pagelaran Kethoprak kanthi paripurna/lengkap.
Pagelaran
Kethoprak wiwitan kang resmi ing ngarsane masyarakat/umum, yakuwi Kethoprak
Wreksotomo, dipandegani dening Ki Wisangkoro, sing mandegani kabeh para pria.
Carita kang dipagelarake yaiku : Warsa - Warsi, Kendana Gendini, Darma -
Darmi, lan sapanunggalane.
Sawise
iku pagelaran Kethoprak sansaya suwe dadi lan apike lan dadi klangenane
masyarakat, utamane ing tlatah Yogyakarta.
Ing kadadeyan sak wise Pagelaran Kethoprak dadi pepak anggone carita lan ugo
kaering gamelan.
Rupa-werna carita pagelaran Kethoprak
umpama carita rakyat, dongeng, babad, legenda, sejarah lan adaptasi saka nagari manca bisa
uga migunaake swasana Indonesia, contone karya Shakespeare : Pangeran
Hamlet utawa Sampek Eng Tay. Carita-carita baku: Darma-Darmi, Warsa-Warsi,
Kendana-Gendini, Abdul Semararupi (crita Menak),
Panji Asmarabangun, Klana Sewandana (crita Panji), Ande-ande lumut, Angling Darma, Roro Mendut,
Damarwulan, Ranggalawe, Jaka bodo.
Ageman para nayaga pemain di padaake
karo carita kang dipagélarake, . Biasane nganggo ageman para Narapraja Jawa
wektu jaman kerajaan biyen. Umpama Pangeran Wiroguna, Agemane ngangga Priyayi
Jawa Pangeran saka tlatah Jawa Tengah ( Jogaakarta ), Semono uga para prajurit.
Nanging ana uga ageman kang arupa simbolis ,umpama Piyantun Wicaksana aweni
ageman cemeng , Piyantun suci awerni agemman pethak, ingkang kendhel agemane abang.
Carita Baghdad agemane kasebuat "Mesiran" nganggo ageman sutra.
AgemenWayang wong uga ana gegayutan karo Kethoprak,
utamane Kethoprak pesisran tlatah Jawa sisih pesisir Lor. Umpamane carita
Angling Darma, Menak Jingga/Damarwulan.
Wacana
5
Bathik
Seni gawé kelir ing kain kanthi migunakaké
malam iku sawijining tèknik lawas saka jaman kuna. Panemon ing Mesir nuduhaké yèn cara iki wis ditemokaké
ing abad ka-4 SM, kanthi ditemokaké kain bungkus mumi sing dilapisi malam kanggo gawé pola.
Ing Asia, tèknik kaya bathik uga ditrapaké ing Tiongkok jaman Wangsa Tang (618-907) sarta ing India lan Jepangjaman Periodhe Nara (645-794). Ing Afrika, tèknik kaya bathik ditepungi Suku Yoruba ingNigeria,
sarta Suku Soninke lan Wolof ing Senegal.
Ing Indonésia,
bathik dipercaya wis ana wiwit jaman Majapahit, lan dadi populèr nalika
pungkasané abad XVIII utawa wiwitané abad XIX. Bathik kang diasilké yaiku kabèh
bathik tulis nganti wiwitané abad XX lan bathik cap nembé ditepungi sakwisé ana Perang Donya Iutawa
taun 1920-an. Tembung
"bathik" asalé saka basa Jawa, nanging bathik ana ing Jawa ora
kacathet sajarah metuné. G.P. Rouffaer duwé pandhapat yèn tèknik bathik iki
dimungkinaké ana lan ditepungaké saka India utawa Srilangka nalika abad kaping 6 utawa kaping 7.
Sakliyané iku, J.L.A. Brandes (arkéolog saka Walanda) lan F.A.
Sutjipto (arkéolog saka Indonésia) duwé kapercayan yèn tradhisi bathik yaiku
asli saka dhaérah kaya Toraja,Flores, Halmahera,
lan Papua. Wilayah-wilayah mau dudu wilayah kang
kena pangaruh sakaHindhuisme ananging bisa dingertèni yèn wilayah
mau duwé tradhisi kuna kanggo gawé bathik.
Dhetil klambi kang nampilaké pola
sulur wit-witan lan kembang-kembang
kang angèl mèh kaya pola bathik tradhisional Jawa kang bisa ditemokaké jaman
saiki. Iki nudhuhaké yèn gawé pola bathik paling angèl lan mung bisa digawé
nganggo canthing wis ana ing Jawa wiwit abad kaping 13 utawa malah sadurungé
kuwi uga wis ana.
Legendha ana ing literatur Melayu abad kaping 17, Sulalatus Salatin nyritakaké Laksamana Hang Nadim kang diwènèhi préntah déning Sultan Mahmud kanggo berlayar menyang Indiakanggo golèk 140 lembar kain serasah kanthi pola 40 jinis kembang ana ing
saben lembaré. Merga ora bisa netepi wajib kang diwènèhké Sultan Mahmud,
dhèwèké banjur gawé dhéwé kain-kain mau. Nanging kapal kang dinggo banjur kèrem
ana ing lelaku bali lan mung bisa nggawa patang lembar kang ndadèkaké Sultan
kuciwa.
Ana ing literatur Éropah,
tèknik bathik iki pisanan dicritaké ana ing buku History of Java(London, 1817) tulisané Sir Thomas Stamford
Raffles. Dhèwèké tau
dadi Gubernur Inggris ing tlath Jawa nalika jaman Napoleon saka Walanda.
Taun 1873 saudagar Walanda Van Rijekevorsel mènèhi saklembar bathik kang olèh
nalika ana ing Indonésia marang Museum Etnik ing Rotterdam lan wiwitané abad kaping 19 kuwi
bathik wiwit ana ing mangsa kajayané. Nalika dipamèraké ana ing Exposition
Universelle ing Paris taun 1900, bathik Indonésia ngagètaké
publik lan seniman.
Langganan:
Postingan (Atom)